Senin, 17 Desember 2012

Anakpun Membutuhkan Ayah

"Jadilah seorang ayah yang cerdas agar dapat menjadi
contoh yang baik bagi si buah hati"
 ~ (RPDC)

( Depok, RUMAH PELANGI  DAYCAR)

Sosok pria yang telah berumah tangga biasanya hanya berpikir bahwa bekerja dan mencari nafkah sudah cukup sebagai modal memenuhi kewajiban seorang kepala rumah tangga. Ketika tiba dirumah, rasa lelah yang sedari pulang beraktifitas sudah menggelayuti jiwa dan raga mengurungkan niat untuk bercengkrama dengan keluarga. Berkutat dengan aktifitas di kantor maupun kehidupan sehari – hari menjadikan kebanyakan pria lupa bahwa mendidik anak dan memberikan secercah senyum di bibir buah hatinya pun merupakan bagian dari kewajiban seorang ayah dalam keluarga.

Terkadang pikiran yang menggunung justru jadi penghalang untuk memberikan kebahagiaan dalam zona keluarga. Sering kali juga Sang Ayah tertidur pada jam kumpul keluarga, dan merasa haknya sebagai seorang ayah terintimidasi hanya karena si buah hati membangunkannya untuk sekedar memberi tahu bahwa ia sudah dapat melakukan satu hal yang sepele… seperti menyisir rambut, atau mengambil mainan dari atas meja. Keinginannya mengistirahatkan tubuh menjadikan ayah lupa bahwa ternyata anakpun butuh perhatian dan kasih sayangnya… bukan hanya kasih sayang Ibu. Ironinya terkadang hanya karena hal sepele seperti diatas, seorang anak kecil menjadi pelampiasan kemarahan karena “Hak ayah” terganggu. Padahal mereka belum mengerti apakah yang diperbuat oleh si buah hati.. dengan membangunkan ayah dari tidurnya adalah perbuatan yang mengganggu atau bahkan di anggap tidak baik??...

sejatinya seorang pria adalah menafkahi lahir dan batin seorang istri. Sebagai imam dari keluarga juga di tuntut untuk memenuhi nafkah angota keluarganya yang lain. Sebagai seoarang ayah, pria  pun tidak boleh lepas kendali dalam mengurus putra – putrinya. Dari Ibu ia belajar kelembutan, kasih sayang, pengertian, perhatian. Apakah ia butuh sosok Ayah? Jawabannya adalah YA,…… dari sosok ayah ia dapat mengenal arti tegas, disiplin, kekuatan, kebijaksanaan, keberanian, menentukan keputusan dengan cepat dan lain sebagainya

 Dan apa yang terjadi jika seorang anak tidak mendapatkan haknya untuk dikasihi kedua orang tuanya? Apakah Ayah Bunda pernah mendengar peristiwa perkelahian pelajar, kekerasan anak terhadap  teman sebayanya, bagaimana seorang anak melakukan aksi tersebut kemudian dengan enteng menjawab bahwa itu adalah bagian dari solidaritas pertemanan. Apakah kita hanya bisa menyalahkan bahwasanya hal tersebut adalah tanggung jawab sekolah tempat mereka menimba ilmu?

Ternyata kesalahan pendidikan tersebut sudah terjadi sejak dalam rumah dan terakumulasi bertahun – tahun. Hingga lahirnya generasi ini. Jika di runut dari pangkal masalah, ternyata lagi  semuanya berawal dari rumah kita, kebiasaan Ayah dan Bunda sebagai sosok percontohannya. Bagaimana ia meresa di perhatikan dalam keluarga, bagaimana cara dia bisa menyelesaikan masalah dengan otak bukan dengan otot, kapan anak harus dapat mengambil keputusan yang tepat, dan lain sebagainya. Jadi apakah kita masih mau menyalahkan bahwa ini adalah kesalahan pendidik di sekolah, kesalahan lingkungan tempat ia bersosialisasi, kesalahannya yang tidak dapat memilih teman, atau kesalahan kita karena tidak memberikan pengertian sejak dini ???

Sepertinya kita harus membenahi diri dan berkata, kamilah ayah bunda mu wahai buah hatiku… kamilah yang wajib membimbing kalian, biarlah mereka memberikan warna terhadapmu, tapi kami yang akan merapihkannya di rumah, kami yang akan merawatmu di tempat tinggal kita, kalian lah yang akan menjadi pengantar kami kepada Surganya Allah Subhana huwata’ala. Dan … mari kita lakukan perubahan mulai dari sekarang. Jadilah seorang ayah yang cerdas agar dapat menjadi contoh yang baik bagi si buah hati, tanpa memperlihatkan kemarahan saat sedang kecewa, tanpa tindakan fisik saat sedang memberikan pengertian, tanpa suara lantang saat sedang melarang. Karena kita adalah seperti apa yang mereka harapkan dan mereka adalah seperti apa yang kita inginkan. Buatlah komunikasi dua arah sehingga si buah hati merasa bahwa ia sedang mendapat bimbingan dan simpati, bukan hanya sekedar instruksi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar