( Depok, RUMAH PELANGI DAYCARE )
Satu lagi peristiwa menggemparkan
terjadi pada dunia pendidikan, salah satu lembaga pendidikan berskala
internasional dengan tingkat keamanan terbaik di Indonesia kecolongan, pasalnya seorang anak lelaki murid TK yang berusia 5 tahun menjadi korban pelecehan seksual.
Ironinya hal tersebut di lakukan oleh petugas kebersihan sekolah, dan
mirisnya lagi.... melakukannya tidak sendirian, tapi bergantian dengan teman
seprofesinya, Naudzubillah....
Tidak pernah sedikitpun terbayang
bahaya seperti ini dapat terjadi di sekitar kita, terlebih lagi bayangan itu adalah
sebuah sekolah internasional yang notabene punya system keamanan tergolong
super ketat. Jika hal ini dapat terjadi di lingkungan yang sudah menjaga dengan
kemanan tingkat tinggi, bagaimana dengan tempat lainnya yang hanya memiliki
fasilitas seadanya? Apakah ini berarti tidak ada tempat aman untuk anak kita
selain rumah dengan penjagaan ketat orang tuanya? Tidak juga senaif itu.....
Jika kita pernah melihat film
horror fiksi yang bertema Vampire, kita akan melihat figure vampire yang tidak
dapat di identifikasi pada saat mereka berbaur dengan manusia, tapi apa yang
terjadi ketika vampire berhasil menggigit korban? Si korban akan terinfeksi dan
kemudian mencari korban berikutnya. Kurang lebih seperti itulah hubungan seorang
pengidap kelainan seks dengan korban kekerasan seksual pada anak yang akan
memberikan efek jangka panjang di masa depannya.
Pembekalan diri kepada anak
seharusnya menjadi konsentrasi bagi para orang tua. Karena pendidikan terbaik
sejatinya berasal dan bermuara di dalam rumah.... di dalam keluarga. Tidak
hanya melulu menyalahkan siapa pelaku dan seberapa hebat image sekolah dalam mengamankan putra-putri kita dari tindakan yang
tidak bermartabat. Sekalipun sekolah adalah tempat mengasah, dan mengasuh.
Karena kapanpun, dimanapun, hal serupa bisa saja terjadi kepada siapa saja,
termasuk anak kita jika kita tidak segera memberikan pendidikan seks dan cara
bertahan hidup kepada anak sejak dini.
Bicara mengenai “SEKS”... kata
tersebut bagi sebagian orang tua masih saja tabu untuk di sosialisasikan kepada
anak. Seolah seks adalah pengetahuan yang melulu berhubungan dengan kegiatan
kontak fisik antara pria dan wanita, dan hal itu membuat orangtua menyimpulkan
bahwa anak belum saatnya di ajarkan tentang seks. Padahal mendidik adalah
bagaimana cara kita memberikan pemahaman dan mengarahkan sehingga seorang anak
mengerti tujuan dari penjelasan yang kita berikan. Oleh karena itu sudah seharusnya
menjadi bagian dari tugas kita sebagai orangtua dalam rangka mendasari mereka
untuk mengetahui sejak dini tentang apa itu alat vital, apa hubungan alat vital
terhadap kesehatan, kenapa harus dijaga, dan bagaimana cara anak memproteksi
diri terhadap tindakan tidak nyaman jika putra-putri kita menemui situasi
seperti contoh di atas
Berikut adalah hal yang perlu di
perhatikan saat kita memberikan pengetahuan tentang seks kepada anak,
· Yang pertama... Ajarkan sejak dini tentang
agama, tentang siapa itu ALLAH SWT, tentang siapa pencipta tubuh kita, tentang bagaimana cara mensyukuri dan menjaga nikmat yang sudah di berikan ALLAH, termasuk tubuh kita, tentang adab, dan lain sebagainya, karena dengan agama hidup akan menjadi terarah, dengan
agama hidup akan menjadi lebih indah, dan dengan agama damai akan merubah
resah.
·
Beri pemahaman bahwa tubuhmu adalah milikmu,
tidak ada yang boleh seenaknya memegang selain dirimu sendiri dan orang tuamu.
Tidak boleh sekalipun itu saudara kandungmu. Dan begitupun halnya kamu terhadap
orang lain.
·
Beri pengertian bahwa hanya orang tertentu yang
boleh memegang dalam kondisi tertentu, misal : saat sedang sakit dokter akan
memeriksa bagian tubuh dengan tujuan memeriksa penyakit.
·
Berikan pengetahuan bagaimana cara membersihkan
alat vital dari kotoran, misal setelah melakukan buang air kecil/besar. Dengan
pengetahuan toilet training, selain meminimalisir kontak fisik antara anak
dengan orang lain, mereka juga di tuntut untuk belajar mandiri.
· Perkenalkan organ tubuh atau alat kelamin lelaki
dan wanita dengan benar, bukan hanya menyebutnya dengan nama lain yang
terkadang malah bertujuan untuk “lucu-lucuan”. Kita mengajarkan nama-nama
tersebut bukan berarti untuk menjadikan seorang anak berkembang di luar
kemampuannya, justru agar anak mengerti sejak dini tentang organ tubuhnya,
sehingga ketika mereka mengerti, maka akan timbul pemahaman untuk menjaga.
·
Berikan pengertian tentang maksud dari sentuhan
wajar, sentuhan yang tidak untuk di lanjutkan dan sentuhan yang terlarang.
Batasan sentuhan wajar adalah dari kepala hingga pundak. Jika pundak mulai
mengarah ke pinggang maka kita harus menggugah putra-putri kita untuk
berhati-hati. Sementara sentuhan yang di larang adalah sentuhan yang langsung
mengarah ke bagian sensitif dari paha hingga alat vitalnya. Untuk sentuhan seperti
ini, orang tua perlu mengajarkan bagaimana melarang anak-anak agar menolak dan
menjaga tubuhnya dengan berkata semisal: “aku ngga suka ah..”
Setelah upaya yang
kita lakukan untuk menjaga dan mendidik putra-putri kita, kini saatnya kita
menyerahkan amanah Allah dengan bertawakal, dan biarkan Allah yang menjaga
mereka dengan do’a kita, karena DIA –lah yang Maha menjaga dan tidak pernah
tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar