"Jadilah seorang ayah yang cerdas agar dapat menjadi contoh yang baik bagi si buah hati" ~ (RPDC) |
( Depok, RUMAH PELANGI DAYCARE )
Sosok pria yang telah berumah
tangga biasanya hanya berpikir bahwa bekerja dan mencari nafkah sudah cukup
sebagai modal memenuhi kewajiban seorang kepala rumah tangga. Ketika tiba
dirumah, rasa lelah yang sedari pulang beraktifitas sudah menggelayuti jiwa dan
raga mengurungkan niat untuk bercengkrama dengan keluarga. Berkutat dengan
aktifitas di kantor maupun kehidupan sehari – hari menjadikan kebanyakan pria
lupa bahwa mendidik anak dan memberikan secercah senyum di bibir buah hatinya
pun merupakan bagian dari kewajiban seorang ayah dalam keluarga.
Terkadang pikiran yang
menggunung justru jadi penghalang untuk memberikan kebahagiaan dalam zona keluarga.
Sering kali juga Sang Ayah tertidur pada jam kumpul keluarga, dan merasa haknya
sebagai seorang ayah terintimidasi hanya karena si buah hati membangunkannya
untuk sekedar memberi tahu bahwa ia sudah dapat melakukan satu hal yang sepele…
seperti menyisir rambut, atau mengambil mainan dari atas meja. Keinginannya
mengistirahatkan tubuh menjadikan ayah lupa bahwa ternyata anakpun butuh perhatian
dan kasih sayangnya… bukan hanya kasih sayang Ibu. Ironinya terkadang hanya
karena hal sepele seperti diatas, seorang anak kecil menjadi pelampiasan
kemarahan karena “Hak ayah” terganggu. Padahal mereka belum mengerti apakah
yang diperbuat oleh si buah hati.. dengan membangunkan ayah dari tidurnya
adalah perbuatan yang mengganggu atau bahkan di anggap tidak baik??...
sejatinya seorang pria adalah
menafkahi lahir dan batin seorang istri. Sebagai imam dari keluarga juga di
tuntut untuk memenuhi nafkah angota keluarganya yang lain. Sebagai seoarang
ayah, pria pun tidak boleh lepas kendali
dalam mengurus putra – putrinya. Dari Ibu ia belajar kelembutan, kasih sayang,
pengertian, perhatian. Apakah ia butuh sosok Ayah? Jawabannya adalah YA,…… dari
sosok ayah ia dapat mengenal arti tegas, disiplin, kekuatan, kebijaksanaan,
keberanian, menentukan keputusan dengan cepat dan lain sebagainya
Dan apa yang terjadi jika seorang anak tidak
mendapatkan haknya untuk dikasihi kedua orang tuanya? Apakah Ayah Bunda pernah
mendengar peristiwa perkelahian pelajar, kekerasan anak terhadap teman sebayanya, bagaimana seorang anak
melakukan aksi tersebut kemudian dengan enteng menjawab bahwa itu adalah bagian
dari solidaritas pertemanan. Apakah kita hanya bisa menyalahkan bahwasanya hal
tersebut adalah tanggung jawab sekolah tempat mereka menimba ilmu?
Ternyata kesalahan pendidikan
tersebut sudah terjadi sejak dalam rumah dan terakumulasi bertahun – tahun.
Hingga lahirnya generasi ini. Jika di runut dari pangkal masalah, ternyata
lagi semuanya berawal dari rumah kita,
kebiasaan Ayah dan Bunda sebagai sosok percontohannya. Bagaimana ia meresa di
perhatikan dalam keluarga, bagaimana cara dia bisa menyelesaikan masalah dengan
otak bukan dengan otot, kapan anak harus dapat mengambil keputusan yang tepat,
dan lain sebagainya. Jadi apakah kita masih mau menyalahkan bahwa ini adalah
kesalahan pendidik di sekolah, kesalahan lingkungan tempat ia bersosialisasi,
kesalahannya yang tidak dapat memilih teman, atau kesalahan kita karena tidak
memberikan pengertian sejak dini ???
Sepertinya kita harus
membenahi diri dan berkata, kamilah ayah bunda mu wahai buah hatiku… kamilah
yang wajib membimbing kalian, biarlah mereka memberikan warna terhadapmu, tapi
kami yang akan merapihkannya di rumah, kami yang akan merawatmu di tempat
tinggal kita, kalian lah yang akan menjadi pengantar kami kepada Surganya Allah
Subhana huwata’ala. Dan … mari kita lakukan perubahan mulai dari sekarang.
Jadilah seorang ayah yang cerdas agar dapat menjadi contoh yang baik bagi si
buah hati, tanpa memperlihatkan kemarahan saat sedang kecewa, tanpa tindakan
fisik saat sedang memberikan pengertian, tanpa suara lantang saat sedang
melarang. Karena kita adalah seperti apa yang mereka harapkan dan mereka adalah
seperti apa yang kita inginkan. Buatlah komunikasi dua arah sehingga si buah
hati merasa bahwa ia sedang mendapat bimbingan dan simpati, bukan hanya sekedar
instruksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar